Dengan kondisi yang sudah tidak lagi seperti sebelum terkena stroke, ia agak kesulitan ketika melakukan gerakan dalam sholat, namun begitu, ia selesaikan juga rakaat demi rakaat dalam sholat yang kebetulan di kampung kami 23 rakaat, dan aku melihat dengan ringannya dan tanpa ada beban berat yang membersamai nya, walaupun diatas aku menulis "ia agak kesulitan" dalam pandangan mataku. Terlepas terdapat banyak kekurangan ia sebagai manusia, ia pun banyak memiliki kelebihan, dia berjalan tertatih menuju Musollah dan dia berharap bisa berjamaah.
Tamparan keras buatku saat aku dalam keadaan bugar acapkali memberatkan, dan terbebani dengan perkara 23 rakaat dan itu hanya setahun sekali. Lalu tepat pula di sebelahnya Bang Kucrit ada anak-anak yang dia pun dengan penuh semangat melewati rakaat-rakaat dalam sholat tarawih lalu diapun menuntaskan jumlah 23 rakaat tersebut, yang kebanyakan seusia dia bercanda riang di shaf paling belakang saat berlangsung shalat tarawih berjamaah.
2 fragmen malam itu yang Allah perlihatkan padaku membuat aku tersentak dan malu, sudahkah aku memaksimalkan usia dan raga sehat untuk beribadah padaNYA ataukah dihabiskan buat bermaksiat...?
Sekali lagi aku teringat pesen Abahku di Cirebon, Niat yang kuat lalu mau beraksi, masuklah dalam keadaan MAU makan segala komponen yang terkait kata MAU InsyaAllah kan mendekat menemani kita untuk meniti jalan kesadaran Ilahiyah, bukan abai dan akhirnya mendapati aku dalam keadaan stroke kesadaran.
Tidak ada yang sulit bagi-NYA, semuanya mungkin dihadapan-NYA, karna DIA-lah Pencipta Kemungkinan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar